Sebagai anak pertama, saya terkadang tertekan, apalagi sesaat setelah lulus kuliah. Belum dapat pekerjaan, sementara adik saya yang lulus bersamaan tetapi lain jurusan (saya ke Ciputat, dia entah ke mana, hehehe) udah dapat pekerjaan di sebuah supermarket di Jakarta. Walah! Tambah tertekan, karena hampir beberapa kali saya merasa dia merendahkan saya yang notabene adalah kakaknya. Pernah dia tawarkan saya pekerjaan yang sama di tempat yang sama karena dia menilai saya bisa menggunakan komputer dengan baik walau kuliahnya dulu gak di jurusan itu. Setelah saya buatkan lamaran ke supermarket itu, dia membantu saya mengirimkannya dan melobi HRD. Tapi gak berhasil. Lamaran itu kurang lebih di bulan Agustus tahun 2000. Alasannya, karena bersaudara, jadi mereka gak bisa menerima.
Waktu itu saya belom ke GSJA Bansel ini. Saya masih ibadah di Abbalove Speed Plaza. Karena cukup aktif di komsel, pemimpin saya merekomendasikan saya untuk ikut (LBC) Leadership Boot Camp sampai dua kali. Pertama sebagai orang yang mesti "dibereskan" luar dalamnya, dan yang kedua kalinya mereka merekomendasikan saya sebagai fasilitator. Ikut LBC gak gratis. Sekalipun sebagai fasilitator, mesti bayar Rp. 160 ribu. Tapi gak bayar semua. Instruktur saya menanggung 60 ribu dan saya 100 ribunya. Walaupun gak punya uang lebih untuk jajan, saya tetap pergi.
Di LBC itu, saya diajarkan kembali, pelajaran yang sama yang saya dapatkan setengah tahun sebelumnya sewaktu menjadi peserta. Tentang HAK dan KEWAJIBAN kita. Di saat itu saya bilang sama Tuhan, bahwa saya mau serahkan hak saya untuk mendapat pekerjaan yang baik. Kalaupun Tuhan mau pakai saya untuk menjadi hambaNya, ya sudah. Lalu saya berdiam. Saat berdiam itu, Tuhan menyampaikan satu kalimat di hati saya, "Kamu akan mendapat pekerjaan di pertengahan tahun depan." Saya aminkan itu.
Dari bulan Januari saya terus mencari pekerjaan, tapi gak dapat-dapat. Lalu mulai terjadi sesuatu. Tuhan mulai nyatakan janjiNya. Di bulan Mei, adik saya berencana ke luar negeri, ke Korea. Dia mengundurkan diri dari supermarket tempat dia bekerja, dan dia mencoba lagi membantu memasukkan lamaran saya lagi. Setelah masuk, saya mulai diproses. Tunggu, tunggu, dan menunggu, akhirnya akhir bulan Juni saya masuk kerja. Tepat di pertengahan tahun! Puji Tuhan.
Tidak sampai di situ.
Masuk ke pekerjaan baru bukan hal yang mudah. Saya harus adaptasikan diri. Waktu itu saya masuk di bagian EDP (Elektronic Data Processing) yang punya jadwal shift kerja kalau hari Sabtu masuk, hari Minggu saya libur. Kalau hari Sabtu libur, hari Minggu saya masuk. Awalnya saya menerima. Tapi beberapa bulan setelah itu, saya bilang sama Tuhan,
"Tuhan, saya gak suka dengan pekerjaan ini. Jadwal shift yang diberikan membuat saya tidak bisa beribadah. Saya mau ke gereja setiap Minggu. Lagipula, saya tidak begitu bisa menguasai software yang dipakai di supermarket ini."
Beberapa hari kemudian, pemimpin EDP datang kepada saya dan memberitahukan bahwa saya segera dipindahkan ke bagian Supervisor Administrasi. Jam kerjanya sampai hari Sabtu saja pulang jam 5 sore. Halleluyah! Tuhan mendengar doa saya. Saya terima dan saya jalani bagian itu dengan sukacita.
Beberapa bulan kemudian, masalah lain mulai muncul. Komsel yang selama ini saya hadiri, tidak lagi dapat saya hadiri, karena mulainya jam 3 sore. Kendala lain, saya ini kurang dalam hitung berhitung dan ketelitian bukanlah tipe sifat yang ada pada saya. Jadi, untuk beberapa kali saya membuat kesalahan dan mendapat teguran. Saya dipindahkan ke Supermarket cabang Roxy Mas, dan kemudian dilempar lagi ke Lokasari. Saya coba bertahan. Lalu, saya coba bicara lagi sama Tuhan,
"Bapa, Engkau kan yang memberiku pekerjaan ini. Saat ini aku datang sama Tuhan, ngasih tau segala kendala yang ada. Pertama, aku mau kembali komsel. Tapi gak bisa. Andai saja aku bisa pulang jam 3 sore. Terus yang kedua, aku bukan orang teliti. Tuhan kan tahu itu. Jadi, kalau boleh, tolong pindahkan aku ke bagian di mana aku benar-benar bisa menggunakan talentaku."
Tiga hari setelah itu, Pak Tahir, seorang tangan kanan pemilik supermarket menelpon teman EDP yang kemudian mendapatkan nomor telpon saya. Saya ingat benar, waktu menerima telpon itu, saya baru saja pulang kerja dan sampai di rumah jam 6 malam. Pak Tahir bilang dia menerima informasi dari EDP bahwa saya bisa desain komputer. Saya mengiyakan. Kemudian dia nyatakan maksudnya untuk meminta saya datang lagi ke cabang Lokasari untuk membantu membuat design spanduk untuk pembukaan cabang baru minggu depan. Saya segera kembali ke Lokasari. Kemudian kami mengerjakannya bersama-sama sampai supermarket tutup jam 11.30 malam. Pulang dari sana, beliau mengantarkan saya, dan kami banyak berbincang tentang talenta saya.
Saya lupa kapan tepatnya, dia memanggil saya kembali ke kantor pusat. Dia menarik saya untuk ditempatkan di bagian baru, di bagian yang belum pernah ada sebelumnya di perusahaan itu... bagian design. Wow! Dahsyat! Saya memuji Tuhan dalam hati saya. Sejak hari itu, saya pindah ke pusat. Mau tahu keajaiban apa lagi? Di kantor pusat itu, pulangnya jam 3 sore, dan itu berarti saya bisa komsel lagi! Halleluyah!
Sangat senang rasanya. Tapi masih ada satu kejadian lagi yang Tuhan kerjakan. Saya sempat bergumam,
"Tuhan, capek banget rasanya, pulang dari kantor langsung ke Gunung Sahari untuk komsel. Selalu telat, sedangkan saya ini orang yang selalu menyerukan siapapun untuk belajar datang tepat waktu. Tuhan, aku mohon, sekali lagi aku minta. Kalau memang pekerjaan ini dari Tuhan, tolong bantu aku supaya gak datang telat ke komsel. Aku sih maunya pulang jam 12-an. Ya, aku bukan Abraham, tapi boleh ya aku minta sama Tuhan."
Seminggu setelah gumaman itu didengar di sorga, Pak Tahir yang sekarang adalah pimpinan saya, mengumumkan sesuatu.
Biasanya, di kantor kami setiap hari masuk jam 8.00 pagi, pulang jam 4.30 pagi. Tetapi sejak pemerintah mengumumkan bahwa setiap perusahaan hendaknya memberi hari libur tambahan setiap Sabtu, perusahaan kami mengubah jadwalnya. Hari Senin-Jumat, jam kerjanya dari jam 8.30 pagi sampai jam 5 sore, dan hari Sabtunya... jam masuk pagi tetap, pulangnya... jam 12 siang!
Kesaksian : Yan
Waktu itu saya belom ke GSJA Bansel ini. Saya masih ibadah di Abbalove Speed Plaza. Karena cukup aktif di komsel, pemimpin saya merekomendasikan saya untuk ikut (LBC) Leadership Boot Camp sampai dua kali. Pertama sebagai orang yang mesti "dibereskan" luar dalamnya, dan yang kedua kalinya mereka merekomendasikan saya sebagai fasilitator. Ikut LBC gak gratis. Sekalipun sebagai fasilitator, mesti bayar Rp. 160 ribu. Tapi gak bayar semua. Instruktur saya menanggung 60 ribu dan saya 100 ribunya. Walaupun gak punya uang lebih untuk jajan, saya tetap pergi.
Di LBC itu, saya diajarkan kembali, pelajaran yang sama yang saya dapatkan setengah tahun sebelumnya sewaktu menjadi peserta. Tentang HAK dan KEWAJIBAN kita. Di saat itu saya bilang sama Tuhan, bahwa saya mau serahkan hak saya untuk mendapat pekerjaan yang baik. Kalaupun Tuhan mau pakai saya untuk menjadi hambaNya, ya sudah. Lalu saya berdiam. Saat berdiam itu, Tuhan menyampaikan satu kalimat di hati saya, "Kamu akan mendapat pekerjaan di pertengahan tahun depan." Saya aminkan itu.
Dari bulan Januari saya terus mencari pekerjaan, tapi gak dapat-dapat. Lalu mulai terjadi sesuatu. Tuhan mulai nyatakan janjiNya. Di bulan Mei, adik saya berencana ke luar negeri, ke Korea. Dia mengundurkan diri dari supermarket tempat dia bekerja, dan dia mencoba lagi membantu memasukkan lamaran saya lagi. Setelah masuk, saya mulai diproses. Tunggu, tunggu, dan menunggu, akhirnya akhir bulan Juni saya masuk kerja. Tepat di pertengahan tahun! Puji Tuhan.
Tidak sampai di situ.
Masuk ke pekerjaan baru bukan hal yang mudah. Saya harus adaptasikan diri. Waktu itu saya masuk di bagian EDP (Elektronic Data Processing) yang punya jadwal shift kerja kalau hari Sabtu masuk, hari Minggu saya libur. Kalau hari Sabtu libur, hari Minggu saya masuk. Awalnya saya menerima. Tapi beberapa bulan setelah itu, saya bilang sama Tuhan,
"Tuhan, saya gak suka dengan pekerjaan ini. Jadwal shift yang diberikan membuat saya tidak bisa beribadah. Saya mau ke gereja setiap Minggu. Lagipula, saya tidak begitu bisa menguasai software yang dipakai di supermarket ini."
Beberapa hari kemudian, pemimpin EDP datang kepada saya dan memberitahukan bahwa saya segera dipindahkan ke bagian Supervisor Administrasi. Jam kerjanya sampai hari Sabtu saja pulang jam 5 sore. Halleluyah! Tuhan mendengar doa saya. Saya terima dan saya jalani bagian itu dengan sukacita.
Beberapa bulan kemudian, masalah lain mulai muncul. Komsel yang selama ini saya hadiri, tidak lagi dapat saya hadiri, karena mulainya jam 3 sore. Kendala lain, saya ini kurang dalam hitung berhitung dan ketelitian bukanlah tipe sifat yang ada pada saya. Jadi, untuk beberapa kali saya membuat kesalahan dan mendapat teguran. Saya dipindahkan ke Supermarket cabang Roxy Mas, dan kemudian dilempar lagi ke Lokasari. Saya coba bertahan. Lalu, saya coba bicara lagi sama Tuhan,
"Bapa, Engkau kan yang memberiku pekerjaan ini. Saat ini aku datang sama Tuhan, ngasih tau segala kendala yang ada. Pertama, aku mau kembali komsel. Tapi gak bisa. Andai saja aku bisa pulang jam 3 sore. Terus yang kedua, aku bukan orang teliti. Tuhan kan tahu itu. Jadi, kalau boleh, tolong pindahkan aku ke bagian di mana aku benar-benar bisa menggunakan talentaku."
Tiga hari setelah itu, Pak Tahir, seorang tangan kanan pemilik supermarket menelpon teman EDP yang kemudian mendapatkan nomor telpon saya. Saya ingat benar, waktu menerima telpon itu, saya baru saja pulang kerja dan sampai di rumah jam 6 malam. Pak Tahir bilang dia menerima informasi dari EDP bahwa saya bisa desain komputer. Saya mengiyakan. Kemudian dia nyatakan maksudnya untuk meminta saya datang lagi ke cabang Lokasari untuk membantu membuat design spanduk untuk pembukaan cabang baru minggu depan. Saya segera kembali ke Lokasari. Kemudian kami mengerjakannya bersama-sama sampai supermarket tutup jam 11.30 malam. Pulang dari sana, beliau mengantarkan saya, dan kami banyak berbincang tentang talenta saya.
Saya lupa kapan tepatnya, dia memanggil saya kembali ke kantor pusat. Dia menarik saya untuk ditempatkan di bagian baru, di bagian yang belum pernah ada sebelumnya di perusahaan itu... bagian design. Wow! Dahsyat! Saya memuji Tuhan dalam hati saya. Sejak hari itu, saya pindah ke pusat. Mau tahu keajaiban apa lagi? Di kantor pusat itu, pulangnya jam 3 sore, dan itu berarti saya bisa komsel lagi! Halleluyah!
Sangat senang rasanya. Tapi masih ada satu kejadian lagi yang Tuhan kerjakan. Saya sempat bergumam,
"Tuhan, capek banget rasanya, pulang dari kantor langsung ke Gunung Sahari untuk komsel. Selalu telat, sedangkan saya ini orang yang selalu menyerukan siapapun untuk belajar datang tepat waktu. Tuhan, aku mohon, sekali lagi aku minta. Kalau memang pekerjaan ini dari Tuhan, tolong bantu aku supaya gak datang telat ke komsel. Aku sih maunya pulang jam 12-an. Ya, aku bukan Abraham, tapi boleh ya aku minta sama Tuhan."
Seminggu setelah gumaman itu didengar di sorga, Pak Tahir yang sekarang adalah pimpinan saya, mengumumkan sesuatu.
Biasanya, di kantor kami setiap hari masuk jam 8.00 pagi, pulang jam 4.30 pagi. Tetapi sejak pemerintah mengumumkan bahwa setiap perusahaan hendaknya memberi hari libur tambahan setiap Sabtu, perusahaan kami mengubah jadwalnya. Hari Senin-Jumat, jam kerjanya dari jam 8.30 pagi sampai jam 5 sore, dan hari Sabtunya... jam masuk pagi tetap, pulangnya... jam 12 siang!
Kesaksian : Yan