Suatu saat ketika saya sedang berlibur bersama keluarga di pantai, kami putuskan untuk naik perahu layar ke tengah laut. Setelah penumpang penuh, perahu mulai digerakkan menjauh dari pantai. Sauh diangkat. Kemudian layar dikembangkan. Angin yang cukup kencang siang itu menghembus layar sehingga perahu melaju cukup cepat. Saya tertegun sejenak melihat keindahan laut yang biru tua.
Lalu sempat terbayang, apa yang terjadi jika tiba-tiba saja langit menghitam, ombak menggulung kencang air lautnya, dan angin yang berderu hebat. Saya pikir pastilah kami tenggelam.
Bayangan pikiran saya terus melaju ke saat di mana murid-murid Yesus sedang mengalami yang baru saja saya imajinasikan di Markus 4:35-41. Saya bayangkan kengerian yang mereka rasakan. Alkitab mencatat bahwa saat itu taufan sangat dahsyat dan mereka panik serta tidak dapat mengatasi keadaan itu.
Murid-murid Tuhan sebenarnya sudah tahu tabiat keadaan alam di danau Galilea, bahwa di danau itu sering terjadi tiba-tiba angin taufan yang hebat. Mereka itu orang yang ahli, tapi tetap saja tidak bisa sering terjadi tiba-tiba angin taufan yang hebat. Mereka itu orang yang ahli, tapi tetap saja tidak bisa mengatasi masalah mereka.
Bukankah ada Yesus di sana pada saat itu? Memangnya Yesus tidak merasa apapun? Ya, namanya juga kelelahan. Yesus baru saja mengadakan sejumlah pelayanan bersama murid-murid (Mat 4: 1-34). Jadi wajar saja kalau tubuh manusia Yesus merasa lelah. Padahal bisa juga, Yesus tenang-tenang saja karena Dia tahu bahwa murid-muridNya orang yang handal dan profesional tentang danau itu.
Murid-murid yang akhirnya sadar bahwa ada Gurunya, mereka membangunkan Yesus secara panik dan kesal, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Mereka jengkel sama sikap Yesus yang cuek seperti itu.
Akhirnya Yesus meredakan angin itu.
Nah, ada dua sikap yang kita lihat dalam masalah angin ribut di atas. Pertama, sikap murid-murid yang panik terhadap masalah, sehingga mereka marah-marah, kesal dan takut! Kedua, sikap Yesus yang berani menghadapi masalah, sehingga Ia tetap tenang dan menyelesaikan masalah. Yang mana yang seharusnya kita teladani? Tentunya sikap Tuhan Yesus. Masalah itu harus dihadapi, harus diselesaikan. Bukan dengan marah-marah, kesal atau pun stress. Tetapi masalah itu harus dihadapi dengan tenang. Bagaimana bisa tenang menghadapi masalah? Kuncinya adalah: Percaya!
Percaya berarti kita menyerahkan sepenuhnya hidup kita kepada Tuhan. Percaya bukan berarti pasrah. Tetapi percaya berarti kita yakin Tuhan bersama dengan kita, menguatkan kita dan memampukan kita untuk menghadapi masalah. Meskipun Tuhan kelihatan sedang tidur ketika kita menghadapi masalah, tetapi yang terpenting Dia ada bersama-sama dengan kita. Tentu sudah tahukan apa yang akan dilakukanNya? So, hadapilah masalah…..
Lalu sempat terbayang, apa yang terjadi jika tiba-tiba saja langit menghitam, ombak menggulung kencang air lautnya, dan angin yang berderu hebat. Saya pikir pastilah kami tenggelam.
Bayangan pikiran saya terus melaju ke saat di mana murid-murid Yesus sedang mengalami yang baru saja saya imajinasikan di Markus 4:35-41. Saya bayangkan kengerian yang mereka rasakan. Alkitab mencatat bahwa saat itu taufan sangat dahsyat dan mereka panik serta tidak dapat mengatasi keadaan itu.
Murid-murid Tuhan sebenarnya sudah tahu tabiat keadaan alam di danau Galilea, bahwa di danau itu sering terjadi tiba-tiba angin taufan yang hebat. Mereka itu orang yang ahli, tapi tetap saja tidak bisa sering terjadi tiba-tiba angin taufan yang hebat. Mereka itu orang yang ahli, tapi tetap saja tidak bisa mengatasi masalah mereka.
Bukankah ada Yesus di sana pada saat itu? Memangnya Yesus tidak merasa apapun? Ya, namanya juga kelelahan. Yesus baru saja mengadakan sejumlah pelayanan bersama murid-murid (Mat 4: 1-34). Jadi wajar saja kalau tubuh manusia Yesus merasa lelah. Padahal bisa juga, Yesus tenang-tenang saja karena Dia tahu bahwa murid-muridNya orang yang handal dan profesional tentang danau itu.
Murid-murid yang akhirnya sadar bahwa ada Gurunya, mereka membangunkan Yesus secara panik dan kesal, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Mereka jengkel sama sikap Yesus yang cuek seperti itu.
Akhirnya Yesus meredakan angin itu.
Nah, ada dua sikap yang kita lihat dalam masalah angin ribut di atas. Pertama, sikap murid-murid yang panik terhadap masalah, sehingga mereka marah-marah, kesal dan takut! Kedua, sikap Yesus yang berani menghadapi masalah, sehingga Ia tetap tenang dan menyelesaikan masalah. Yang mana yang seharusnya kita teladani? Tentunya sikap Tuhan Yesus. Masalah itu harus dihadapi, harus diselesaikan. Bukan dengan marah-marah, kesal atau pun stress. Tetapi masalah itu harus dihadapi dengan tenang. Bagaimana bisa tenang menghadapi masalah? Kuncinya adalah: Percaya!
Percaya berarti kita menyerahkan sepenuhnya hidup kita kepada Tuhan. Percaya bukan berarti pasrah. Tetapi percaya berarti kita yakin Tuhan bersama dengan kita, menguatkan kita dan memampukan kita untuk menghadapi masalah. Meskipun Tuhan kelihatan sedang tidur ketika kita menghadapi masalah, tetapi yang terpenting Dia ada bersama-sama dengan kita. Tentu sudah tahukan apa yang akan dilakukanNya? So, hadapilah masalah…..